Rabu, 04 Oktober 2017

Tips Memilih Penerbit Indie 1

Sangat disayangkan di tengah menggeliatnya dunia literasi yang sama-sama kita cintai. Ternyata masih ada orang-orang yang memanfaatkan semangat yang kita miliki hanya untuk keuntungan diri sendiri. Sebenarnya tidak ada yang salah jika kita mencari keuntungan dalam dunia literasi. Tentunya, selama jalan yang ditempuh tidak merugikan pihak lain.

Dewasa ini kita dihebohkan dengan beberapa kasus penipuan berkedok penerbit indie. Atas dasar itu kali ini  kami akan sedikit memberikan tips agar kita terhindar dari kasus-kasus penipuan dengan kedok penerbitan.

1. Sebisa Mungkin Hindari Terbit Murah

"Woh ... enak aja," kata-kata ini pasti muncul dalam benak kalian saat kalian membaca judul poin pertama ini. Eits nanti dulu jangan keburu esmosi. Kita baca dulu penjelasannya.

Banyak penulis hanya terpaku pada paket murah. Macam-macam alasanya, bisa karena keuangan yang memang pas-pasan atau memang dia suka yang murah meriah. Untuk alasan yang pertama bisa dimaklumi, tapi untuk alasan yang kedua, "SUNGGUH terlaaaaluuuuu"

Langsung saja kita bahas kenapa terbit murah sebisa mungkin harus dihindari? Banyak penulis tidak paham, tidak sadar, atau mungkin pura-pura tidak tahu, jika penerbit wajib menyerahkan 2eks bukti terbit kepada PERPUNAS dan 1eks ke PERPUDA. Untuk memenuhi kewajibannya itu paling tidak penerbit harus memiliki dana 50-100rbu (tergantung ketebalan buku) untuk satu judul buku yang diterbitkannya.
Sekarang, coba bayangkan jika penerbit masih harus memberikan 1eks bukti terbit ke penulis? Jika sudah kalian bayangkan, mari kita teruskan. Kita asumsikan per-satu judul, penerbit membutuhkan dana 100rb. Perlu kita garis bawahi, itu hanya untuk bukti terbit, belum termasuk biaya layout, cover dan edit naskah.

Sekarang kita ambil kesimpulan? Kira-kira dengan biaya 100-150rbu apakah biaya penerbitan murah bisa menutupi biaya yang lain. Kita gunakan kemampuan hitung-hitungan matematika?  Rasanya kita semua sepakat jika itu tidak masuk akal.

Tapi ada kok penerbit murah bahkan geratis yang jujur? Wow ... wow .... wow!! Tunggu dulu yah, kami tidak mengatakan mereka tidak jujur. Memang ada beberapa penerbit yang sudah mampu secara finansial, managemen juga pemasaran, dan itu sah-sah saja. Suatu saat kami pun berharap bisa seperti mereka.

"Salam hormat kakak2 senior," heheh.

Begini ya kenapa sih kami menganjurkan untuk menghindari terbit murah? Karena kebanyakan yang mengadakan terbit murah itu penerbit-penerbit yang baru mulai merintis. Penerbit yang sedang gencar-gencarnya melakukan promosi. Kami tahu apa yang mereka harapkan saat melakukan terbit murah. Tentunya sebuah keuntungan. Mereka berasumsi dengan mengadakan terbit murah, mereka mampu minimal menjual 15eks dari buku yang diterbitkan. Dengan begitu mereka akan mampu menutup kekurangan biaya penerbitan bahkan mendapatkan keuntungan. Tapi, celakanya menjual buku indie itu tak semudah yang dibayangkan. Banyak faktor yang menjadi penyebabnya salah satu hal yang paling nyata adalah masalah ongkir yang cukup membebani pembeli.

Akhirnya, mereka terjebak pada kebijakan yang dibuatnya sendiri, minat penulis untuk ikut program terbit murah membeludak, tapi finansial mereka belum kuat, marketing mereka belum mampu mendatangkan keuntungan. Ditambah lagi managemen mereka belum tertata rapi, Akibatnya mereka kelimpungan sendiri.

Bisa dibayangkan jika naskah yang harus diterbitkan mencapai 100judul. Perjudul mereka harus menutupi kekurangan biaya edit, cover dan Layout sekitar 100ribu perjudul, bahkan bisa lebih. Jadi untuk 100 judul mereka harus menutupi kekurangan sebesar 10juta? Jadi untuk penulis yang tetap bersikeras ikut terbit murah ada baiknya penulis membatu penerbit yang berasangkutan dengan membeli, mempromosikan, dan menjual karyanya. Percayalah, ada sebagaian penerbit yang menghilang bukan karena ingin menipu tapi karena salah menentukan kebijakan, dan akhirnya lari dari tanggung jawab.

2. Jangan Mudah Percaya, Juga Jangan Berburuk Sangka

Poin kedua ini sangat penting untuk penulis. Sebagai penulis tentunya kita dituntut untuk berfikir cerdas. Jadi sudah seharusnya sekarang kita kembali menggunakan logika waras kita. Sebelum memilih penerbit ada baiknya kita mencari tahu trek rekor penerbit yang akan kita ajak kerja sama. Bagimana mereka memperlakukan custemer? masalah perizinan mereka? apakah mereka amanah? Dll

Untuk masalah perizinan ada baiknya kita mencari tahu apakah penerbit yang bersangkutan sudah terdaftar di PNRI atau belum? Caranya kita bisa masuk langsung ke web perpunas. Jika setelah dicari tidak terdaftar maka jangan buru-buru mengambil kesimpulan kalo mereka penerbit abal-abal. Karena bisa jadi mereka adalah penerbit lini. Penerbit lini adalah penerbit yang bekerja sama dengan penerbit lain untuk memperoleh ISBN. Jadi ada baiknya kita tanyakan terlebih dahulu apakah mereka penerbit lini atau bukan. Jika jawabanya, "iya" maka langkah selanjutnya kita tanyakan nama penerbit yang bekerja sama dengan mereka dalam mengurus perijina ISBN, lalu lakukan konfirmasi langsung kepada penerbit tersebut.

3. Intip Sosial Media Mereka

Penerbit yang sudah mendapatkan kepercayaan dari penulis, biasanya di galeri foto sosial media mereka banyak terdapat buku-buku yang telah selesai cetak dan sampai ke tangan penulis. Dan dari jejak-jejak status yang pernah mereka buat, pasti kita akan menemukan banyak tanggapan-tanggapan kepuasan atau ucapan-ucapan terima kasih dari penulis yang pernah menerbitkan karyanya.

Demikian yang bisa kami sampaikan kurang lebihnya mohon maaf. Salam literasi :)

Jika bermanfaat silahkan dishare

Penerbit Pustaka Tunggal
www.pustakatunggal.blogspot.co.id
WA: 089616268524
Jamal Mirdad